Pada postingan kali ini saya ingin memberikan informasi tentang sebuah startup pendidikan. Seperti kita ketahui dunia startup tumbuh dengan pesat, salah satunya startup di bidang pendidikan.
Starup tersebut bernama Snapask. Sebelum saya menemukan informas Snapask sebenarnya sudah tersedia layanan dalam blog ini yang hampir mirip yaitu Ask and Answer. Tetapi Ask and Answer belum tersedia dalam versi android, baru tersedia dalam versi chat di blog. Artinya jika ada pertanyaan bisa ditanyakan melalui chat yang ada di blog tersebut.
Ask and Answer
Informasi selengkapanya tentang startup Snapask dapat di baca pada berita di bawah ini !
Melihat peluang bisnis di bidang pendidikan, seorang lulusan jurusan Matematika asal Hong Kong bernama Timothy Yu membuat sebuah aplikasi yang bisa mempertemukan pelajar dan guru les di dunia maya. Aplikasi bernama Snapask tersebut dirancang agar mudah digunakan, sehingga pelajar lebih merasa nyaman menggunakannya dibanding bertemu secara langsung dengan sang guru.
Keputusan membuat aplikasi tersebut berawal dari kesulitan Yu membayar harga sewa tempat untuk usaha les offline yang ia jalani sebelumnya di Hong Kong. Berkat harga sewa yang terus meningkat, laba yang ia dapatkan pun makin mengecil.
Bersama dua orang rekan, Yu meluncurkan aplikasi buatannya pada awal Januari 2015. Dua setengah tahun berselang, kini mereka telah mempunyai sekitar 300.000 pengguna terdaftar, serta telah beroperasi di Hong Kong, Singapura, Taiwan, dan Malaysia. Dalam waktu beberapa bulan ke depan, mereka pun akan segera hadir di Indonesia.
Apa sebenarnya Snapask, dan bagaimana mereka bisa meraih kesuksesan secepat itu?
Starup tersebut bernama Snapask. Sebelum saya menemukan informas Snapask sebenarnya sudah tersedia layanan dalam blog ini yang hampir mirip yaitu Ask and Answer. Tetapi Ask and Answer belum tersedia dalam versi android, baru tersedia dalam versi chat di blog. Artinya jika ada pertanyaan bisa ditanyakan melalui chat yang ada di blog tersebut.
Ask and Answer
Halaman depan Ask and Answer
Melihat peluang bisnis di bidang pendidikan, seorang lulusan jurusan Matematika asal Hong Kong bernama Timothy Yu membuat sebuah aplikasi yang bisa mempertemukan pelajar dan guru les di dunia maya. Aplikasi bernama Snapask tersebut dirancang agar mudah digunakan, sehingga pelajar lebih merasa nyaman menggunakannya dibanding bertemu secara langsung dengan sang guru.
Keputusan membuat aplikasi tersebut berawal dari kesulitan Yu membayar harga sewa tempat untuk usaha les offline yang ia jalani sebelumnya di Hong Kong. Berkat harga sewa yang terus meningkat, laba yang ia dapatkan pun makin mengecil.
Bersama dua orang rekan, Yu meluncurkan aplikasi buatannya pada awal Januari 2015. Dua setengah tahun berselang, kini mereka telah mempunyai sekitar 300.000 pengguna terdaftar, serta telah beroperasi di Hong Kong, Singapura, Taiwan, dan Malaysia. Dalam waktu beberapa bulan ke depan, mereka pun akan segera hadir di Indonesia.
Apa sebenarnya Snapask, dan bagaimana mereka bisa meraih kesuksesan secepat itu?
Pada awal kemunculannya, Snapask hadir sebagai aplikasi yang bisa menghubungkan para pelajar dengan guru les lewat percakapan hingga panggilan video lewat aplikasi. Namun menurut Yu, solusi tersebut ternyata tidak begitu disukai oleh para pengguna mereka.
“Kami akhirnya hanya fokus menghadirkan solusi untuk menjawab pertanyaan para pelajar. Banyak pelajar yang enggan untuk belajar secara online, namun mereka pasti mempunyai pertanyaan yang harus mereka jawab, baik dalam bentuk pekerjaan rumah ataupun tugas lainnya,” jelas Yu kepada Tech in Asia Indonesia.
Dengan Snapask, kamu bisa mengambil foto dari soal yang tengah kamu kerjakan. Dalam waktu hanya beberapa detik, seorang pengajar yang terpilih oleh algoritme mereka pun akan langsung membantu kamu dalam menjawab soal tersebut. Saat ini, telah ada sekitar 17.000 pengajar yang bisa menjawab pertanyaan kamu di platform Snapask.
Untuk bisa menggunakan fasilitas tersebut, kamu harus membayar biaya bulanan mulai dari SG$68 (sekitar Rp650.000). Setelah membayar, kamu pun bisa bertanya sebanyak mungkin soal yang kamu inginkan. Sayangnya, Snapask belum bisa menyebutkan berapa biaya yang akan mereka kenakan kepada para pelajar di tanah air.
Selain fitur tanya jawab soal tersebut, Snapask pun akan memberikan soal harian dengan fitur Quiz, yang bisa kamu manfaatkan untuk melatih kemampuan.
Berbekal produk yang baik dan perkembangan yang pesat, Snapask pun berhasil mendapatkan pendanaan Pra Seri A sebesar US$5 juta (sekitar Rp66,6 Miliar) pada 31 Mei 2017 lalu. Investasi tersebut mereka dapat dari Kejora Ventures, Welight Capital, serta bos aplikasi Meitu Cai Wensheng.
Pendanaan ini pun melengkapi investasi sebelumnya dari Singapore Press Holdings (SPH) dan Plug & Play, membuat total pendanaan mereka hingga saat ini mencapai angka US$8 juta (sekitar Rp106,6 miliar). Dana segar tersebut rencananya akan mereka gunakan untuk melakukan ekspansi ke Asia Tenggara, Australia, dan Inggris. Pada tahun 2020, mereka pun berencana untuk bisa hadir di tiga puluh negara.
Kehadiran Kejora Ventures sebagai investor Snapask mempunyai peran penting dalam proses ekspansi tersebut. Pasalnya, Kejora bisa membantu masuknya Snapask di Indonesia, mulai dari proses perekrutan pegawai, hingga menjembatani kolaborasi dengan beberapa sekolah dan pihak pemerintah.
“Kami berencana untuk merekrut tim bisnis sebanyak empat hingga lima orang di tanah air,” ujar Yu.
Sejauh ini, Snapask telah mempunyai sekitar empat puluh orang pegawai yang tersebar di berbagai negara. Dua puluh orang di antaranya merupakan developer, yang mereka kumpulkan dalam sebuah kantor di Taiwan.
Di Indonesia sendiri, Snapask akan menghadapi tantangan dari startup tanah air RuangGuru. Meski awalnya merupakan platform yang bisa menghubungkan pelajar dan guru les secara offline, RuangGuru kini telah memiliki fitur RuangLes Online yang memungkinkan pelajar untuk mengirimkan pertanyaan secara online kepada para pengajar.
RuangGuru bahkan telah mempunyai beberapa fitur baru, seperti RuangLatihan yang bisa memberi kamu pertanyaan untuk dijawab, serta fitur RuangUji yang memungkinkan kamu untuk melakukan try out Ujian Akhir Nasional (UAN) hingga Saringan Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Universitas Negeri secara online.
Snapask mengaku tidak takut akan adanya kompetitor, atau kemungkinan adanya pihak lain yang bakal meniru aplikasi mereka. “Berkat pengalaman selama beberapa tahun, kini kami tahu bagaimana cara terbaik dalam memasangkan pelajar dengan pengajar yang terbaik,” jelas Yu, “hal ini tidak bisa ditiru oleh aplikasi lain.”
Di negara asalnya, Snapask pun telah menjalin kerja sama dengan beberapa sekolah. Lewat kerja sama tersebut, Snapask berusaha memudahkan proses pemberian materi hingga tanya jawab soal antara guru dan murid.
Dengan jumlah pelajar sekitar 50 juta orang, Indonesia tentu merupakan pasar yang menarik untuk perkembangan Snapask. Patut ditunggu apakah Snapask bisa meraih kesuksesan ketika hadir di tanah air, seperti yang mereka raih di negara asal mereka.
(Diedit oleh Iqbal Kurniawan)
Sumber : https://id.techinasia.com/snapask-siap-masuk-indonesia